Tuesday 25 August 2009

Belajar Menjadi Kaya kepada Abdurrahman bin Auf (Bagian 5)

Alhamdulillah, puji dan syukur ke hadirat Allah SWT akan senantiasa saya lakukan untuk mengawali tulisan saya ini. :) Mudah-mudahan bisa terus dilancarkan oleh Allah SWT untuk terus membuat tulisan-tulisan yang baik. Mari kita lanjutkan pelajaran kiat sukses Abdurrahman bin Auf menjadi kaya pada bagian 5 kali ini.

Ketika Abdurrahman bin Auf dengan kreativitas dan inovasinya membuat pasar baru menyaingi pasar orang Yahudi, ia tidak menggunakan uang sendiri. Abdurrahman minta tolong saudara barunya untuk membeli tanah yang kurang berharga yang terletak di samping tanah pasar itu.

Artinya modal bukan segala-galanya, kita bisa memanfaatkan modal orang lain untuk usaha kita. Namun tidak semua orang mau menanamkan modalnya untuk usaha kita. Faktor integritas lah yang dapat menarik kepercayaan orang terhadap kita. Rasulullah SAW diberi gelar Al-Amin artinya yang dapat dipercaya, karena Rasulullah bisa menjaga kepercayaan orang lain terutama masalah harta, sehingga banyak orang yang ingin menginvestasikan hartanya kepada bisnis yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. Termasuk kredibilitas seorang Abdurrahman bin Auf sangat baik, sehingga saudara barunya mau berinvestasi kepada bisnis Abdurrahman bin Auf.

Tanah tersebut lalu dipetak-petak secara baik. Siapa pun boleh berjualan di tanah itu tanpa membayar sewa. Bila dari berdagang itu terdapat keuntungan, ia menghimbau mereka untuk memberikan bagi hasil seikhlasnya. Para pedagang gembira dengan tawaran itu karena membebaskan mereka dari biaya operasional. Mereka berbondong pindah ke pasar baru yang dikembangkan Abdurrahman. Keuntungannya berlipat. Dari keuntungan itu, Abdurahman mendapat bagi hasil. Semua gembira. Tak perlu makan waktu lama, Abdurrahman keluar dari kemiskinan, bahkan menjadi salah seorang sahabat Rasul yang paling berada.

Bisnis Abdurrahman bin Auf ini adalah bisnis properti yang bisa menghasilkan passive income bagi dirinya. Sehingga ketika ada seruan dari Rasulullah SAW untuk bersedekah, maka Abdurrahman bin Auf menyambut seruan itu dengan menyerahkan harta yang banyak untuk Jihad Fii Sabilillah. Walaupun Abdurrahman bin Auf mengeluarkan harta yang banyak keesokan harinya akan ada harta baru lagi bagi Abdurrahman bin Auf dari penghasilan passive incomenya tersebut.

Ada banyak sarana-sarana passive income, diantaranya yaitu:
* Memiliki bisnis yang bisa kita tinggalkan, karena ada manager-manager yang mengurusi bisnis kita;
* Menyewakan Properti (bisa Rumah, Tanah, Kantor, Gedung, dll);
* Royalti dari produk-produk hak cipta seperti menerbitkan buku, menciptakan lagu, membuat software komputer, dll;
* Membuat dan menyewakan ruang iklan di website kita;
* Pensiun;
* Dan lain-lain.

OK itu saja dulu pelajaran kita kali ini. Nantikan pelajaran yang akan kita bahas pada bagian selanjutnya... Tetap ikuti tulisan saya ini... :)

Friday 21 August 2009

Belajar Menjadi Kaya kepada Abdurrahman bin Auf (Bagian 4)

Alhamdulillah, kali ini tidak memerlukan waktu yang lama untuk melanjutkan tulisan ini ke bagian 4. :) Mudah-mudahan bisa terus dilancarkan oleh Allah SWT untuk terus membuat tulisan-tulisan yang baik. Mari kita lanjutkan pelajaran kiat sukses Abdurrahman bin Auf menjadi kaya pada bagian 4 kali ini.

Ketika hijrah dari Mekah ke Madinah, Abdurrahman bin Auf dan kaum muslimin lainnya tidak membawa harta mereka turut serta ke Madinah. Artinya mereka datang ke Madinah tanpa membawa harta kekayaan dan mereka harus mencari uang dan harta untuk menghidupi mereka dari awal lagi.

Dan ketika Abdurrahman bin Auf ditawari oleh Sa'ad bin Rabi' Al-Anshari setengah hartanya, Abdurrahman bin Auf menolaknya dengan halus. Ia boleh miskin materi, tapi ia tidak akan pernah menjadi miskin mental. Jangankan meminta, ia pun pantang menerima pemberian orang lain selain upahnya sendiri. 'Tangan di bawah' sama sekali bukan perilaku mulia. Abdurrahman benar-benar memegang teguh nilai itu. Ia pun memutar otak bagaimana caranya dapat keluar dari kemiskinan dengan usahanya sendiri tanpa harus menerima pemberian orang lain. Ia hanya minta ditunjukkan jalan ke pasar. Ia pun pergi ke pasar dan mengamatinya secara cermat. Dari pengamatannya ia tahu, pasar itu menempati tanah milik seorang saudagar Yahudi. Para pedagang berjualan di sana dengan menyewa tanah tersebut, sebagaimana para pedagang sekarang menyewa kios di mal.

Kreativitas Abdurrahman pun muncul, dan kreativitas inilah yang harus dimiliki oleh seseorang yang ingin sukses. Dengan kreativitas dan inovasi akan membuat kita dan produk kita memiliki nilai tambah, yang akhirnya akan membuat berbeda dengan orang dan produk yang lainnya. Abdurrahman minta tolong saudara barunya untuk membeli tanah yang kurang berharga yang terletak di samping tanah pasar itu. Tanah tersebut lalu dipetak-petak secara baik. Siapa pun boleh berjualan di tanah itu tanpa membayar sewa. Ini yang membedakan produk Abdurrahman dengan produk orang Yahudi tadi, yaitu kebebasan untuk berjualan tanpa membayar sewa. Bila dari berdagang itu terdapat keuntungan, ia menghimbau mereka untuk memberikan bagi hasil seikhlasnya. Para pedagang gembira dengan tawaran itu karena membebaskan mereka dari biaya operasional. Mereka berbondong pindah ke pasar baru yang dikembangkan Abdurrahman. Keuntungannya berlipat. Dari keuntungan itu, Abdurahman mendapat bagi hasil. Semua gembira. Tak perlu makan waktu lama, Abdurrahman keluar dari kemiskinan, bahkan menjadi salah seorang sahabat Rasul yang paling berada.

Kegigihannya dalam berdagang juga seperti yang beliau ungkapkan sendiri: "Aku melihat diriku seperti kalau seandainya aku mengangkat sebuah batu maka aku mengharapkan mendapatkan emas atau perak".

Nah pada pelajaran kali ini ada beberapa point yang bisa kita tarik kesimpulan yaitu tumbuhkan mental tangguh dalam berusaha, asah kreativitas dan inovasi terus menerus, dan tingkatkan kegigihan usaha kita. Insya Allah kita bisa sukses.

Nantikan pelajaran yang akan kita bahas pada bagian selanjutnya... Tetap ikuti tulisan saya ini dan simak baik-baik... :)

Thursday 20 August 2009

Belajar Menjadi Kaya kepada Abdurrahman bin Auf (Bagian 3)

Alhamdulillah, walaupun memerlukan waktu yang lama untuk melanjutkan tulisan ini ke bagian 3 namun akhirnya saya bisa melanjutkan tulisan ini ke bagian 3. Beginilah hambatan saya ketika menulis, kadang suka terhenti ditengah jalan... :p. Oke mari kita pelajari kiat sukses Abdurrahman bin Auf menjadi kaya pada bagian 3 ini.

Setelah Abdurahman bin Auf diberitahu lokasi pasar oleh Sa'ad bin Rabi' Al-Anshari, maka sejak saat itu Abdurahman bin Auf berprofesi sebagai pedagang dan memperoleh keuntungan yang cukup besar. Omset dagangannya pun makin besar, sehingga ia dikenal sebagai pedagang yang sukses. Ia tak pernah absen dalam setiap peperangan yang dipimpin Rasulullah. Suatu hari, Rasulullah SAW berpidato membangkitkan semangat jihad dan pengorbanan kaum Muslimin. Beliau berkata, "Bersedekahlah kalian, karena saya akan mengirim pasukan ke medan perang."

Mendengar ucapan itu, Abdurrahman bin Auf bergegas pulang dan segera kembali ke hadapan Rasulullah. "Ya, Rasulullah, saya mempunyai uang empat ribu. Dua ribu saya pinjamkan kepada Allah, dan sisanya saya tinggalkan untuk keluarga saya," ucap Abdurrahman. Lalu Rasulullah mendoakannya agar diberi keberkahan oleh Allah SWT.

Subhanallah, ini juga menjadi kunci sukses seorang Abdurrahman bin Auf. Ia bersedekah (meminjamkan hartanya kepada Allah) secara ikhlas dengan jumlah yang tidak tanggung-tanggung yaitu setengah dari harta yang dimilikinya. Abdurrahman bin Auf menyumbang separuh hartanya yang senilai 2000 Dinar atau sekitar Rp 2.4 Milyar nilai uang saat ini (saat itu beliau ‘belum kaya’ dan hartanya baru 4000 Dinar atau Rp 4.8 Milyar). Atas sedeqah ini beliau didoakan khusus oleh Rasulullah SAW yang berbunyi “Semoga Allah melimpahkan berkahNya kepadamu, terhadap harta yang kamu berikan. Dan Semoga Allah memberkati juga harta yang kamu tinggalkan untuk keluarga kamu.” Rasulullah SAW mendoakan keberkahan kepada Abdurrahman bin Auf. Keberkahan artinya sesuatu yang terus bertambah. Sehingga wajar jikalau akhirnya harta Abdurrahman bin Auf terus bertambah. Do’a ini kemudian benar-benar terbukti dengan kesuksesan demi kesuksesan Abdurrahman bin Auf berikutnya.

Mengapa dengan bersedekah harta kita akan bertambah? Dengan bersedekah harta memang dapat tumbuh dan berkembang, bertambah karena suci dan berkah, membawa kebaikan bagi hidup dan kehidupan yang punya. Secara lahiriah, sedekah memang mengurangi nilai nominal (harta) dengan mengeluarkannya, tetapi dibalik pengurangan yang bersifat zhahir ini, hakikatnya akan bertambah dan berkembang (nilai intrinsik) yang diganjarkan dari 10 kali lipat atau bahkan sampai 700 kali lipat yang hakiki di sisi Allah Swt. “Barang siapa melaksanakan amal kebajikan (termasuk bersedekah) maka akan diganjarkan oleh Allah sepuluh kali lipat” (QS. Al-an’am: 160). “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261)

Berdasarkan ayat tersebut jelas bahwa dengan bersedekah harta dapat tumbuh dan berkembang tidak hanya di akhirat melainkan juga di dunia. Rasulpun menjelaskan orang yang mengeluarkan sedekah/zakat akan terhindar dari marabahaya/musibah. Bahkan sedekah dapat mensucikan diri (pribadi) dari kotoran dosa, memurnikan jiwa (menumbuhkan akhlak mulia, menjadi murah hati, peka terhadap rasa kemanusiaan) dan mengikis sifat bakhil (kikir) serta serakah. Dengan begitu, akhirnya tercipta suasana ketenangan bathin yang terbebas dari tuntutan Allah SWT dan kewajiban kemasyarakatan, yang selalu melingkupi hati.

Inilah pelajaran kedua yang bisa kita ambil dari kisah sukses Abdurahman bin Auf. Nantikan tulisan saya selanjutnya..... :)

Friday 24 April 2009

Produk Inovasi Bagi Orang yang Tidak Memiliki Waktu Lebih untuk Membaca Buku

Monday 30 March 2009

Surat Untuk Saudaraku

Saudaraku ...

Saya dapat memahami perasaan Anda. Sesungguhnya bukan hanya Anda, saya pun dahulu juga telah mengalami ujian yang sama. Berusaha dan belum berhasil, tidak punya uang, justru banyak hutang, sudah saya alami.

Padahal sudah membuat daftar impian, tujuan yang pasti, sudah membuat strategi, sudah berani mengambil tindakan … Nekat malah, karena saya melepas pekerjaan saya demi bisnis. Bukan keberhasilan yang diraih, namun justru kesulitan demi kesulitan. Pada waktu itu pun, saya merasakan rasa frustasi yang luar biasa.

Saudaraku …

Pertama-tama harus kita pahami tentang sunatullah, ketetapan Allah yang berlaku sebagai hukum yang berjalan di alam semesta ciptaanNya ini. Ketetapan ini berlaku tanpa memandang siapa pun pelaku nya. Misalnya: hukum grafitasi. Benda apapun, jika dilepaskan akan jatuh ke permukaan bumi. Siapapun yang menjatuhkan benda itu, apapun agama nya, bahkan atheis sekalipun, benda tadi akan jatuh ke permukaan bumi. Karena demikianlah sunatullah nya.

Sunatullah yang lain adalah, siapa yang ingin berhasil dan berupaya dengan sungguh-sungguh untuk mencapai nya, maka atas seizin Allah, keinginannya akan tercapai. Siapapun orangnya, apakah itu muslim, non-muslim, bahkan atheis sekalipun. Karena ini sudah merupakan sunatullah, sebagaimana hukum grafitasi. Maka saya tidaklah heran dengan keberhasilan Bill Gates ataupun Donald Trump, karena mereka memang melakukan usaha dengan sungguh-sungguh.

Lantas, mengapa ada orang yang sudah berusaha namun belum berhasil? Jika keberhasilan, sebagaimana grafitasi adalah sunatullah? Mengapa ini bisa terjadi? Pertanyaan nya adalah, betulkan ia sudah berusaha sesuai dengan cara-cara yang dilakukan orang yang berhasil? Jika belum, maka tentu saja dia masih belum akan mecapai keberhasilan. Sebagaimana kita melepas benda, namun benda tadi terikat dengan tali, maka hukum grafitasi bumi pun tidak bisa menarik benda tadi.

Lalu, bagaimanakah cara-cara orang yang berhasil itu? Keberhasilan orang-orang yang sukses dalam berbisnis itu meninggalkan jejak. Sehingga kita bisa mengikuti jejak-jejak tadi, untuk ikut mencapai kesuksesan.

Saudaraku, untuk memulai, sebagai tahap awal coba praktekkan beberapa sikap mental yang banyak kita temui pada orang-orang berhasil ini:

Ikhlas.

Orang yang berhasil, melakukan segala sesuatu dengan Ikhlas. Batin nya ikhlas, menerima apa yang telah Tuhan berikan untuk nya hari ini. Bahwa pasti ada kebaikan yang Tuhan semesta alam berikan hari ini. Sekalipun mungkin peristiwa hari ini “buruk” di mata kita. Karena buruk di mata kita, belum tentu buruk di mata Tuhan.

Alkisah, jaman dahulu kala, di sebuah kampung, ada seorang lelaki tua yang hidup dengan anak lelaki tunggalnya. Suatu ketika pemuda tadi jatuh dari kuda, dan kaki nya patah. “Malang benar nasib anakmu ...” Demikian kata orang kampung. Ternyata, keesokan hari nya, datanglah tentara kerajaan untuk mengajak seluruh pemuda yang sehat maju ke medan perang yang mengerikan, yang hampir dipastikan seluruh pemuda tadi akan pulang tinggal nama. Seluruh orang tua menangis meratapi nasib anaknya … Kecuali orang tua dari pemuda yang kaki nya patah tadi. Jadi sekarang siapa yang nasib nya malang?

“Kemalangan” ternyata hanyalah penilaian kita sebagai manusia yang lemah ini.

Jadi Saudaraku …. apakah hari ini usaha kita selalu gagal, banyak hutang, tidak punya uang? Saya yakin, pasti ada maksud baik Tuhan dari pengalaman kita hari ini.

Syukur.

Selain ikhlas, kita juga harus terima dan syukuri apa yang sudah kita alami dan miliki hari ini. Dan juga apa-apa yang sudah kita terima di masa lalu, dan apa yang akan kita terima besok.

Karena tidak ada guna nya batin kita menolak dan menyesali apa yang kita alami hari ini. Seringkali batin kita menjerit-jerit, “mengapa nasib ku seperti ini ….”, namun hal ini malah akan memperkuat penderitaan kita. “What you resist persist ... “demikian pepatah kata. Makanya, orang yang mengeluhkan penderitaannya, biasanya penderitaanya semakin buruk. Yang mengeluhkan hutang, hutangnya makin banyak, yang mengeluhkan bisnisnya sepi, bisnisnya makin sepi, yang mengeluhkan tidak punya uang, uang nya makin sedikit.

Sebaliknya, orang yang bisa mensyukuri apa yang mereka terima hari ini, maka insyaAllah justru kenikmatan yang dia terima akan bertambah.

Jadi, saudaraku … Mulailah dengan mensyukuri apa yang saudaraku sudah miliki hari ini. Tidak hanya materi, namun juga kesehatan, cinta, pengetahuan, keluarga, dan sahabat. Banyak orang yang kaya materi namun tidak memiliki yang saya sebutkan tadi.

Lepaskan.

“Let it Go … Let it God”. Kita diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Perkasa, Maha Kaya, Maha Bijaksana. Maka lepaskanlah kembali semuanya kepada Dia. Kembalikan semuanya kepada Dia. Biarkan Tuhan yang mengatur hidup kita ini.

Kadang kita merasa lebih tahu dan lebih pintar dari Tuhan. Bahwa hidup kita harus seperti yang kita “tentukan”. Padahal Tuhan lah yang menentukan hidup kita.

Banyak kejadian sudah saya alami. Bahwa di satu titik kita menemui jalan buntu, ketika seluruh logika dan nalar tidak mampu lagi mencari penyelesaian, penyelesaian justru datang ketika kita pasrahkan kembali permasalahan kita kepada Allah.

Sedih karena ditolak calon pelanggan? Wajar, namun lepaskan kembali pada Tuhan, siapa tahu Yang Punya Hidup punya skenario lain, yaitu memberikan pelanggan yang lebih baik.

Amanah.

Amanah adalah selalu bisa dipercaya, menepati janji dan menunaikan tanggung-jawab. Seringkali kita tergoda untuk tidak amanah pada saat kita mengalami perjalanan hidup yang sulit.

Kepercayaan yang diberikan kepada kita, dengan mudahnya kita sia-sia kan, demi keuntungan sesaat. Seringkali demi uang yang jumlahnya tidak seberapa.

Kalau kita berhutang, maka kita wajib berusaha membayarnya. Dengan segala usaha yang kita mampu.

Saya juga pernah mengalami tidak mampu membayar hutang seperti saudara. Namun, saya berusaha dengan menemui pemberi hutang, dengan sikap yang baik, untuk membicarakan kembali jadwal pembayaran hutang saya.

Bahkan, saya juga pernah menawarkan barter, menukar hutang saya dengan keahlian yang saya miliki. Dan berhasil.

Yang penting adalah berusaha untuk amanah. Karena buah dari amanah, adalah nama baik dan kepercayaan, yang selama nya akan menjadi modal utama dalam bisnis kita. Donald Trump, misalnya, berhasil bangkit dari keterpurukan, karena nama baik nya dalam bisnis masih dipercaya investor.

Dan yang terakhir saudaraku, adalah ...

Memberi.

Berikanlah apa yang saudara sedang cari. Karena ia akan kembali dalam jumlah yang berlipat-lipat. Jika saudaraku mencari cinta, maka berikanlah cinta. Jika Anda mencari ilmu, berikanlah ilmu. Dan jika Anda mencari uang, berikanlah uang …

“Power of Giving” sudah dibuktikan oleh banyak orang. Dengan memberi, maka kita akan menerima. Bukan sebaliknya.

Maka, Bill Gates pun tidak ragu menyumbangkan lebih dari 28 milyar Dollar kekayaanya, dan apa yang terjadi? Bill Gates makin kaya, bukan tambah miskin.

Dua minggu lalu, saya mengalami sendiri hal ini. Saya memberikan sejumlah uang melalui transfer bank. Dan di tempat parkir mobil, masih di bank yang sama, saya menerima pemberitahuan dari staff saya lewat telephone kalau kami menerima order, senilai 100 kali lipat uang yang saya berikan. Kekuatan memberi benar-benar terbukti.

Demikian yang dapat saya bagikan saudaraku …

Sikap mental Ikhlas – Syukur – Lepaskan – Amanah - Memberi, ini telah menolong saya di masa-masa sulit dahulu, dam semoga bisa membantu Saudara mencapai apa yang dicita-citakan. Amin.

Salam,

Fauzi Rachmanto
TDA Bandung

Friday 27 March 2009

Belajar Menjadi Kaya kepada Abdurrahman bin Auf (Bagian 2)

Alhamdulillah, saya bisa melanjutkan tulisan ini ke bagian 2. Oke mari kita pelajari cara Abdurrahman bin Auf menjadi kaya.

Ketika hijrah ke Madinah, Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan Sa'ad bin Rabi' Al-Anshari, salah seorang kaya yang pemurah di Madinah. Abdurrahman pernah ditawari Sa'ad untuk memilih salah satu dari dua kebunnya yang luas. Tapi, Abdurrahman menolaknya. Ia hanya minta kepada Sa'ad ditunjuki lokasi pasar di Madinah. Nah, apa pelajaran dari sini? Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan Sa'ad bin Rabi' Al-Anshari, dimana Sa'ad bin Rabi' Al-Anshari ini adalah seorang yang kaya raya di Madinah. Ketika Abdurrahman ditawari setengah harta kekayaannya, Abdurrahman bukannya menerima tapi malah menolaknya. Justru yang diminta oleh Abdurrahman adalah agar Sa'ad bin Rabi' menunjukkan lokasi pasar.

Ini adalah kecerdasan finansial seorang Abdurrahman bin Auf. Kalau kita ditawari seperti itu oleh seorang yang kaya, kita mungkin akan mengambil sikap yang berbeda dengan Abdurrahman. Kita akan mengambil pilihan setengah harta yang diberikan. Namun bagi yang memiliki kecerdasan finansial seperti Abdurrahman tentu akan bertanya kepada si orang kaya tersebut,
"Bagaimana caranya saya bisa seperti Anda?",
"Anda sebagai orang yang kaya tentu tau cara berbisnis yang baik, ajarkanlah saya.",
"Anda tentu tau darimana saya bisa mendapatkan barang yang bagus dan murah, tunjukkan saya letaknya.",
"Tunjukkan pada saya lokasi pasar (mall, pusat belanja, dsb) di kota ini. Saya akan bisnis disana."
"Tunjukkan saya dimana membeli barang yang bagus dan murah? Sehingga saya bisa menjualnya kembali dengan keuntungan yang bagus."
"Tunjukkan saya dimana mencari tenaga kerja yang handal, yang bisa membantu bisnis saya." dan mungkin pertanyaan-pertanyaan lainnya yang bisa mengarahkan kita agar bisa kaya sama seperti orang kaya tersebut.

Itulah alasan Abdurrahman bin Auf meminta Sa'ad bin Rabi' untuk menunjukkan kepadanya lokasi pasar. Karena seorang yang kaya tentunya memiliki pengetahuan-pengetahuan yang tidak kita ketahui seperti itu. Orang kaya tentunya tahu darimana mendapatkan modal, tahu darimana mendapatkan barang yang bagus dan murah, tahu trend bisnis seperti apa, tahu bisnis yang bagus dan yang tidak, dan lain sebagainya.

Jadi pelajaran pertama dari Abdurrahman bin Auf agar kita menjadi kaya adalah bertanya kepada seorang yang kaya dengan pertanyaan-pertanyaan yang bisa mengarahkan kita agar bisa kaya sama seperti orang kaya tersebut.

Pelajaran berikutnya akan kita bahas pada bagian selanjutnya... Tetap ikuti tulisan saya ini dan simak baik-baik... :)

Wednesday 25 March 2009

Belajar Menjadi Kaya kepada Abdurrahman bin Auf (Bagian 1)

..... Abdurrahman bin Auf termasuk kelompok delapan sahabat yang mula-mula masuk Islam. Ia termasuk sepuluh orang sahabat yang dijamin masuk surga oleh Rasululah. Selain itu, ia juga termasuk enam orang sahabat yang bermusyawarah dalam pemilihan khalifah menggantikan Umar bin Khaththab. Ia adalah seorang mufti yang dipercaya Rasulullah untuk berfatwa di Madinah.

Abdurrahman bin Auf masuk Islam sebelum Rasulullah Saw melakukan pembinaan di rumah Arqam bin Abil Arqam, kira-kira dua hari setelah Abu Bakar masuk Islam.

Ketika hijrah ke Madinah, Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan Sa'ad bin Rabi' Al-Anshari, salah seorang kaya yang pemurah di Madinah. Abdurrahman pernah ditawari Sa'ad untuk memilih salah satu dari dua kebunnya yang luas. Tapi, Abdurrahman menolaknya. Ia hanya minta kepada Sa'ad ditunjuki lokasi pasar di Madinah.

Sejak itu, Abdurahman bin Auf berprofesi sebagai pedagang dan memperoleh keuntungan yang cukup besar. Omset dagangannya pun makin besar, sehingga ia dikenal sebagai pedagang yang sukses.

Tapi, kesuksesan itu tak membuatnya lupa diri. Ia tak pernah absen dalam setiap peperangan yang dipimpin Rasulullah. Suatu hari, Rasulullah SAW berpidato membangkitkan semangat jihad dan pengorbanan kaum Muslimin. Beliau berkata, "Bersedekahlah kalian, karena saya akan mengirim pasukan ke medan perang."

Mendengar ucapan itu, Abdurrahman bin Auf bergegas pulang dan segera kembali ke hadapan Rasulullah. "Ya, Rasulullah, saya mempunyai uang empat ribu. Dua ribu saya pinjamkan kepada Allah, dan sisanya saya tinggalkan untuk keluarga saya," ucap Abdurrahman. Lalu Rasulullah mendoakannya agar diberi keberkahan oleh Allah SWT.

Ketika Rasulullah SAW membutuhkan banyak dana untuk menghadapi tentara Rum dalam perang Tabuk, Abdurrahman bin Auf menjadi salah satu pelopor dalam menyumbangkan dana. Ia menyerahkan dua ratus uqiyah emas. Melihat hal itu, Umar bin Khaththab berbisik kepada Rasulullah SAW, "Agaknya Abdurrahman berdosa, dia tidak meninggalkan uang belanja sedikit pun untuk keluarganya."

Maka, Rasulullah pun bertanya kepada Abdurrahman, "Adakah engkau tinggalkan uang belanja untuk keluargamu?"
Abdurrahman menjawab, "Ada, ya Rasulullah. Mereka saya tinggalkan lebih banyak dan lebih baik daripda yang saya sumbangkan."
"Berapa?" Tanya Rasulullah.
Abdurrahman menjawab, "Sebanyak rizki, kebaikan, dan upah yang dijanjikan Allah." Subhanallah.

Sejak itu, rizki yang dijanjikan Allah terus mengalir bagaikan aliran sungai yang deras. Abdurrahman bin Auf kini telah menjadi orang terkaya di Madinah.

Suatu hari, iring-iringan kafilah dagang Abdurrahman bin Auf yang terdiri dari 700 ekor unta yang dimuati bahan pangan, sandang, dan barang-barang kebutuhan penduduk tiba di Madinah. Terdengar suara gemuruh dan hiruk-pikuk, sehingga Aisyah bertanya kepada seseorang, "Suara apakah itu?"
Orang itu menjawab, "Iring-iringan kafilah dagang Abdurrahman."
Aisyah berkata, "Semoga Allah melimpahkan berkah-Nya kepada Abdurrahman di dunia dan akhirat. Saya mendengar Rasulullah bersabda bahwa Abdurrahman bin Auf masuk surga dengan merangkak."

Orang itu langsung menemui Abdurrahman bin Auf dan menceritakan apa yang didengarnya dari Aisyah. Mendengar hal itu, ia pun bergegas menemui Aisyah. "Wahai Ummul Mukminin, apakah ibu mendengar sendiri ucapan itu dari Rasulullah?"
"Ya," jawab Aisyah.
"Seandainya aku sanggup, aku ingin memasuki surga dengan berjalan. Sudilah ibu menyaksikan, kafilah ini dengan seluruh kendaraan dan muatannya kuserahkan untuk jihad fi sabilillah."

Sejak mendengar bahwa dirinya dijamin masuk surga, semangat berinfak dan bersedekahnya makin meningkat. Tak kurang dari 40.000 dirham perak, 40.000 dirham emas, 500 ekor kuda perang, dan 1.500 ekor unta ia sumbangkan untuk perjuangan menegakkan panji-panji Islam di muka bumi. Mendengar hal itu, Aisyah mendoakan, "Semoga Allah memberinya minum dengan air dari telaga Salsabil (nama sebuah telaga di surga)."

Menjelang akhir hayatnya, Abdurrahman pernah disuguhi makanan oleh seseorang padahal ia sedang berpuasa. Sambil melihat makanan itu, ia berkata, "Mush'ab bin Umair syahid di medan perang. Dia lebih baik daripada saya. Waktu dikafan, jika kepalanya ditutup, maka kakinya terbuka. Dan jika kakinya ditutup, kepalanya terbuka. Kemudian Allah membentangkan dunia ini bagi kita seluas-luasnya. Sungguh, saya amat takut kalau-kalau pahala untuk kita disegerakan Allah di dunia ini." Setelah itu, ia menangis tersedu-sedu.

Abdurrahman bin Auf wafat dengan membawa amalnya yang banyak. Saat pemakamannya, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib berkata, "Anda telah mendapat kasih sayang Allah, dan anda telah berhasil menundukan kepalsuan dunia. Semoga Allah senantiasa merahmati anda. Amin." .....

---------------------------

Demikian sepenggal kisah kehidupan seorang sahabat Rasulullah yang terkenal sangat kaya raya. Kekayaannya trilyunan bahkan lebih. Coba kita hitung, unta yang disumbangkan beliau saja untuk perjuangan sebanyak 1.500 ekor. Kalau saja harga 1 ekor unta 10 juta rupiah maka uang yang disumbangkan olehnya sebanyak 15 milyar, belum sumbangan kuda, emas, perak, dan yang lainnya. Subhanallah...

Bagaimana caranya Abdurrahman bin Auf bisa menjadi kaya raya seperti itu??? Padahal ketika hijrah dari Mekah ke Madinah beliau tidak membawa harta kekayaan apapun alias memulai dari nol.

Oke mari kita pelajari tips & trik yang diajarkan oleh Abdurrahman bin Auf kepada kita, namun tidak sekarang. Akan kita bahas pada bagian selanjutnya... :)

Tuesday 24 March 2009

Ayo Menulis!!!

Dari dulu sebenarnya saya pengen menulis sebuah buku. Namun entah kenapa ketika proses menulis sedang berlangsung kemudian terhenti, mulai lagi berhenti lagi, begitu seterusnya. Sampai suatu ketika saya chatting dengan seorang teman, beliau memberikan saran untuk senantiasa menulis setiap hari walaupun sedikit. Dan itu akan coba saya lakukan sekarang...
Menulis setiap hari walaupun sedikit... Syukron yaa akhi atas sarannya... :)